oleh: Isma Oktadiana
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Penggunaan
obat tradisional pada masyarakat pada umumnya masih sebatas dalam bentuk jamu,
yang cara penyajiannya dengan cara direbus atau diseduh, sehingga kurang
disukai penggunaannya. Selain itu sediaan jamu masih mempunyai kekurangan
seperti penyajian yang kurang praktis, bentuk sediaan yang kurang stabil dan
takaran dosis yang tidak tepat. Salah satu usaha untuk mengatasi hal tersebut
dikembangkan pembuatan dalam bentuk sediaan farmasetis yang lebih baik dari bahan
alam, yaitu dengan membuatnya dalam bentuk sediaan tablet dari ekstrak tanaman.
Daun jambu biji (Psidium guajava L) adalah salah satu obat tradisional
yang masih sering digunakan sampai sekarang. Daun jambu biji sebagai obat
tradisional digunakan untuk pengobatan diare, radang lambung, sariawan,
keputihan, kencing manis. Secara alamiah daun jambu biji yang diketahui
berkhasiat dan aman dikonsumsi (Dalimartha, 2001). Salah satu zat yang
terkandung dalam tananaman jambu biji (Psidium guajava L) adalah tanin
yang dapat digunakan sebagai obat anti diare. Tanin merupakan senyawa fenolik
larut air dengan BM 500-3000, memberikan reaksi umum senyawa fenol dan memiliki
sifat-sifat khusus seperti presipitasi alkaloid, gelatin, dan protein-protein
lain. Tanin banyak tedapat di dalam tumbuhan berpembuluh, khususnya dalam
jaringan kayu, selain itu banyak terdapat pada bagian daunnya.
Senyawa aktif pada daun yang berfungsi sebagai anti diare adalah tannin.
Ekstrak daun jambu biji dapat digunakan untuk membasmi bakteri/mikroba penyebab
diare (Salmonella typhii, E. coli, Shigella dysentriae).
Komposisi kimia di dalam daun jambu biji adalah tannin 9 - 12%, minyak atsiri,
minyak lemak dan asam malat, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat,
asam oleanolat, asam guajavarin dan vitamin.
Tanin merupakan komponen zat organik derivat polimer glikosida yang terdapat
dalam bermacam-macam tumbuhan, terutama tumbuhan berkeping dua (dikotil).
Monomer tannin adalah digallic acid dan D-glukosa. Ekstrak tanin terdiri dari
campuran senyawa polifenol yang sangat kompleks dan biasanya tergabung dengan
karbohidrat rendah. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tannin akan dapat
berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap
formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi, berguna untuk bahan perekat
termosetting yang tahan air dan panas. Tanin diharapkan mampu mensubsitusi
gugus fenol dari resin fenol formaldehid guna mengurangi pemakaian fenol
sebagai sumberdaya alam tak terbarukan.
Tanin merupakan metabolit sekunder tanaman yang bersifat astrigen dengan rasa
khas yang sepat. Secara umum tannin terbagi atas tannin (proanthocyanidins)
hidrolisis dan tannin kondensasi. Tannin hidrolisis diprekursor oleh asam dehydroshikimic
sedangkan tannin kondensasi disintesis dari prekursor flavonoid. Tingginya
kandungan tannin dari kalus yang dihasilkan secara in vitro dapat dipahami
karena produksi metabolit sekunder pada kalus in vitro dipengaruhi oleh
berbagai faktor di antaranya komposisi media yang digunakan dan zat pengatur
tumbuh yang diaplikasikan.
Tanin terhidrolisis terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana ialah depsida
galoiglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima atau
lebih gugus ester galoil. Pada jenis yang kedua, inti molekul berupa senyawa
dimer asam galat yaitu asam heksahidroksidifenat, yang berikatan dengan
glukosa. Bila dihidrolisis, elagitanin ini menghasilkan asam elagat.
Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagai senyawa polipenol yang mempunyai
berat molekul tinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan gugus lainnya (seperti
karboksil) sehingga dapat membentuk kompleks dengan protein dan makromolekul
lainnya di bawah kondisi lingkungan tertentu.
Penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis merupakan salah satu
penyakit yang masih banyak dijumpai di masyarakat,. Adapun tanaman obat yang
dapat digunakan untuk membantu mengatasi diare diantaranya mempunyai efek
sebagai adstringen (pengelat) yaitu dapat mengerutkan selaput lendir usus
sehingga mengurangi pengeluaran cairan, diare dan disentri, selain itu juga
mempunyai efek sebagai antiradang, dan antibakteri.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.
Definisi Tanin
Tanin
merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti daun, buah yang
belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang ,tanin
digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi tannin.
Tanin yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah.
Berikut
adalah gambar struktur tanin
·
Sifat-sifat
Tanin :
1. Dalam air
membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat.
2. Mengendapkan
larutan gelatin dan larutan alkaloid.
3. Tidak dapat
mengkristal.
4. Larutan
alkali mampu mengoksidasi oksigen.
5.
Mengendapkan
protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak
dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
·
Sifat kimia
Tanin :
1.
Merupakan
senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar dipisahkan sehingga
sukar mengkristal.
2.
Tanin dapat
diidentifikasikan dengan kromotografi.
3.
Senyawa
fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan pemberi warna.
·
Identifikasi
Tanin dapat dilakukan dengan cara :
1.
Diberikan
larutan FeCl3 berwarna biru tua / hitam kehijauan.
2.
Ditambahkan
Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna coklat.
3.
Diendapkan
dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium Bikromat berwarna coklat.
·
Kegunaan
Tanin :
1.
Sebagai
pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu pada
tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat matang taninnya hilang.
2.
Sebagai anti
hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.
3.
Digunakan
dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.
4.
Efek
terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada
gastrointestinal dan pada kulit.
5.
Efek terapi
yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka bakar, dengan
cara mengendapkan protein.
6.
Sebagai
pengawet dan penyamak kulit.
7.
Reagensia di
Laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid.
8.
Sebagai
antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam tamak yang tidak
larut.
Hidrolisa Tanin
: Tanin apabila dihidrolisa akan menghasilkan fenol polihidroksi yang
sederhana. Hidrolisa :
1. Asam
Gallat terurai pirogalol
2. Asam
Protokatekuat Katekol
3. Asam
Ellag dan Tenol-fenol lain.
(Asam Ellag
dapat disamak kulit bentuk bunga)
II.2.
Klasifikasi Tanin
Senyawa
tanin termasuk kedalam senyawa poli fenol yang artinya senyawa yang memiliki
bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi menjadi dua yaitu tanin yang
terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi.
1.
Tanin
Terhidrolisis (hydrolysable tannins)
Tanin ini
biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan oksigen, maka
dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam
klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang merupakan
senyawa gabungan dari karbohidrat dengan asam galat. Selain membentuk
gallotanin, dua asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis yang bisa disebut
Ellagitanins. Berat molekul galitanin
1000-1500,sedangkan Berat molekul Ellaggitanin 1000-3000. Ellagitanin sederhana
disebut juga ester asam hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa ini dapat terpecah
menjadi asam galic jika dilarutkan dalam air. Asam elagat merupakan hasil
sekunder yang terbentuk pada hidrolisis beberapa tanin yang sesungguhnya
merupakan ester asam heksaoksidifenat.
2.
Tanin
terkondensasi (condensed tannins).
Tanin jenis
ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi meghasilkan
asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid yang
merupakan senyawa fenol. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tannin akan dapat
berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif
terhadap formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi Tanin terkondensasi
merupakan senyawa tidak berwarna yang terdapat pada seluruh dunia tumbuhan
tetapi terutama pada tumbuhan berkayu. Tanin terkondensasi telah banyak
ditemukan dalam tumbuhan paku-pakuan. Nama lain dari tanin ini adalah
Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari flavonoid yang
dihubungan dengan melalui C8 dengan C4. Salah satu
contohnya adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang
tersusun dari epiccatechin dan catechin.
II.3.
Biosintesis
Tanin
Biosintesa
dari Tanin secara umum :
Biosintesa asam galat dengan
precursor senyawa fenol propanoid
Contoh :
- Asam
gallat merupakan hasil hidrolisa tannin
- Dari jalur
asam siklimat melalui asam 5-D-hidroksisiklimat
- Dengan
precursor senyawa fenol propanoid. (Rhus thypina)
- Katekin
dibentuk dari 3 molekul as. Asetat , as. Sinamat & as. Katekin
1)
Tannin-terkondensasi
atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara
kondensasi katekin tunggal (atau galotanin) yang membentuk senyawa dimer dan
kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu
satuan flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau 6-8. Kebanyakan
flavolan memiliki 2 sampai 20 satuan flavon. Nama lain untuktanin-terkondensasi
adalah proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas, beberapa
ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer
antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila
direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin.
2)
Tannin-terhidrolisiskan
terutama terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana adalah depsida
galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima
gugus ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa
dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat, disini pun berikatan dengan
glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin ini menghasilkan asam elagat. Tannin
terhidolisiskan ini pada pemanasan dengan asam klorida atau asam sulfat
menghasilkan gallic atau ellagic. Hydrolyzable tanin yang terhidrolisis oleh
asam lemah atau basa lemah untuk menghasilkan karbohidrat dan asam fenolat.
Contoh gallotannins adalah ester asam gallic glukosa dalam asam tannic (C76H52O46),
ditemukan dalam daun dan kulit berbagai jenis tumbuhan.
Salah satu contoh tanaman yang
mengandung senyawa tannin adalah jambu biji.
II.4. Uraian Tanaman Jambu Biji
·
Divisio :
Spermatophyta
·
Subdivisio:
Angiospermae
·
Classis :
Dicotyledoneae
·
Ordo :
Myrtales
·
Familia :
Myrtaceae
·
Genus :
Psidium
·
Species : Psidium
guajava L
Jambu biji (Psidium guajava L)
tersebar meluas hingga Asia Tenggara termasuk Indonesia, Asia Selatan, India
dan Srilanka. Jambu biji termasuk tanaman perdu yang memiliki banyak cabang dan
ranting serta batang pohonnya keras. Permukaan kulit luarnya berwarna coklat
dan licin. Bila kulit kayu jambu biji dikelupas akan terlihat permukaan batang
kayunya basah. Bentuk daunnya bercorak bulat telur dengan ukuran agak besar dan
bunganya kecil-kecil berwarna putih dan muncul dari ketiak daun. Tanaman ini
dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1200 meter di
atas permukaan laut. Pada umur 2-3 tahun jambu biji sudah mulai berbuah dan
bijinya banyak terdapat pada daging buahnya. Daun jambu biji (Psidium
guajava L) merupakan daun tunggal bertangkai pendek dengan letak berhadapan
dan panjang tangkai daun 0,5-1 cm. Helaian daun bulat memanjang agak jorong,
ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak menekuk ke atas, pertulangan
menyirip dengan panjang 6-14 cm dan lebar 3- 6 cm berwarna hijau. Ibu tulang
daun dan tulang cabang menonjol pada permukaan bawah, bertulang menyirip.
II.5. Manfaat senyawa tannin pada tanaman jambu biji
Senyawa
tannin bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus
besar dan menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak. Serta sebagai
penyerap racun dan dapat menggumpalkan protein. Oleh Karena itu senyawa tannin
dapat membantu menghentikan diare.
II.6. Kandungan Dari Tanaman Jambu
Biji Pada Tanin
Senyawa
aktif pada daun jambu biji yang berfungsi sebagai anti diare adalah tannin.
Ekstrak daun jambu biji dapat digunakan untuk membasmi bakteri/mikroba penyebab
diare (Salmonella typhii, E. coli, Shigella dysentriae).
Komposisi kimia di dalam daun jambu biji adalah tannin 9 - 12%, minyak atsiri,
minyak lemak dan asam malat, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat,
asam oleanolat, asam guajavarin dan vitamin.
II.7. Efek Farmakologi dan hasil penelitian pada Jambu
Biji
Secara in
vitro, infus daun jambu biji dengan bermacam-macam kepekatan menunjukkan
perbedaan yang nyata pada diameter daerah hambatan pertumbuhan kuman Shigella
Flexneri dan Shigella Sonnei, sebagai penyebab disentri basiler. (Imam Subagyo,
Wahjo Dyatmiko dan Abdul Karim, UNAIR 1981)
Secara in
vitro, rebusan daun jambu biji kadar ccdapat mengurangi kontraksi usus halus
terpisah marmut, yang sebanding dengan atropin sulfat 2,5 mcg/ml. Kekuatan
relaksasi antara rebusan 5%, 10% dan 20% b/v tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata. (Natsir P. Djunaid, JF FMIPA UNHAS, 1986)
Secara in
vitro, infus daun jambu biji dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dengan perkiraan kadar terendah sebesar 2% b/v, tetapi
tidak menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli sampai batas 10% b/v
(prima Yuniarti, FF UGM, 1991)
Infus buah
jambu biji pada kelinci memiliki efek hipoglikemik (menurunkan kadar glukosa
darah). Sebagai pembanding digunakan tolbutamida (Letty Puspitawati, Fakultas
Farmasi UNTAG 193).
Hasil
penelitian efek infus daun jambu biji dalam upaya pencegahan asfiksia setelah
penyemprotan histami sebagai berikut; Waktu timbulnya asfiksia lebih panjang
pada kelompok yang mendapat infus daun jambu biji 5% dibandingkan pada kelompok
yang mendapatkan NaCi fisiologis dan antropin sulfat (P<0,05). Waktu
tumbulnya asfiksia antara infus daun jambu bij dengan fenilhidramin HCI tidak
berbeda nyata (P>0,05).
Asfiksida
tidak terjadi pada kelompok yang mendapatkan infus daun jambu biji 10%, efedrin
dan aminofilin (Aznan Lelo, Yineldi Anwar, M. Iskandar Lubis, dkk., Bagian
Farmakologi FKL USU dan Jurusan Farmasi FMIPA USU).
II.8. Mekanisme Penyembuhan Diare
Oleh Tanin
Jambu biji
atau jambu batu (Psidium guajava L.) termasuk tanaman yang mudah
didapat. Selain buahnya sebagai sumber vitamin C, hampir semua bagian tanaman
ini, terutama daun dan buah muda, dapat mengobati mencret lantaran sifat
mengelat yang dimilikinya.
Hasil
penelitian in vitro terhadap kontraksi usus dengan menggunakan usus
marmut menunjukkan, rebusan daun jambu biji konsentrasi 5%, 10%, dan 20% dapat
mengurangi kontraksi usus halus (Natsir, 1986). Sedang penelitian terhadap
kemampuan rebusan daun jambu biji dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia
colli dan Staphylococcus aureus menunjukkan, kadar terendah 2% dapat
menghambat pertumbuhan S. aureus dan dalam kadar 10% dapat menghambat
pertumbuhan E. colli. Hasil penelitian itu dapat digunakan sebagai dasar
penggunaan daun jambu biji sebagai obat diare akibat infeksi
Zat aktif
dalam daun jambu yang dapat mengobati diare adalah tanin. Dalam penelitian
terhadap daun kering jambu biji yang digiling halus diketahui, kandungan
taninnya sampai 17,4%. Makin halus serbuk daunnya, makin tinggi kandungan
taninnya. Senyawa itu bekerja sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa
usus, khususnya usus besar. Tanin juga menjadi penyerap racun dan dapat
menggumpalkan protein.
Untuk
memanfaatkan jambu biji sebagai obat diare dapat dilakukan dengan merebus 15 –
30 g daun kering jambu biji dalam air sebanyak 150 – 300 ml. Perebusan
dilakukan selama 15 menit setelah air mendidih. Hasil rebusan disaring dan siap
untuk diminum sebagai obat diare. Bila ingin memanfaatkannya dalam bentuk
segar, diperlukan 12 lembar daun segar, dicuci bersih, ditumbuk halus, ditambah
½ cangkir air masak dan garam secukupnya. Hasil tumbukan diperas, disaring,
lalu diminum. Supaya terasa enak, ke dalamnya bisa ditambahkan madu.
BAB III
PENUTUP
IV.1.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat ditarik kesimpulan :
Tannin merupakan senyawa kimia yang
kompleks terdiri dari senyawa polifenol yang tersebar luas pada daun dan buah
yang belum masak. Senyawa tanin terbagi atas dua yaitu tannin terhidrolisis dan
tanin terkondesasi. Salah satu tanaman yang mengandung senyawa tannin ialah
daun jambu biji yang bersifat astringent yang bermanfaat untuk membantu
pengobatan diare. Efek farmakologi dari daun jambu biji dalam membantu
pengobatan diare sudah terbukti melalui beberapa penelitian yang dilakukan.
IV.2. Saran
Saran dan
kritik dari semua pihak sangat diperlukan agar dapat membantu berkembangnya
makalah ini.